CCTV
Senin, 11 Mei 2015
pengantar menejemen
Manajemen adalah (1) orang yg mengatur pekerjaan atau kerja sama di antara berbagai kelompok atau sejumlah orang untuk mencapai sasaran; (2) orang yg berwenang dan bertanggung jawab membuat rencana, mengatur, memimpin, dan mengendalikan pelaksanaannya untuk mencapai sasaran tertentu.
Manajer adalah (1) orang yg mengatur pekerjaan atau kerja sama di antara berbagai kelompok atau sejumlah orang untuk mencapai sasaran; (2) orang yg berwenang dan bertanggung jawab membuat rencana, mengatur, memimpin, dan mengendalikan pelaksanaannya untuk mencapai sasaran tertentu.
1. Keahlian Teknikal (Technical Skill). Keahlian teknikal atau teknis adalah keahlian khusus yang harus dimiliki oleh seorang manajer berkaitan dengan tanggung jawab utama yang harus dijalankan. Misalkan, seorang manajer yang bertanggung jawab di bidang keuangan haru mengetahui ilmu-ilmu bidang keuangan. Manajer yang bertanggung jawab di bidang pemasaran harus mengerti mengenai pasar.
2. Keahlian Hubungan Manusia ( Human Relation Skill). Manajer berkaitan dengan mengarahkan dan mengontrol agar orang—orang yang ada di dalam perusahaan bertindak untuk mencapai tujuan perusahaan. Untuk mensosialisasikan visi, misi hingga program perusahaan dibutuhkan keahlian untuk berkomunikasi dengan berbagai orang yang terlibat dalam perusahaan. Manajer yang baik dituntut untuk memiliki keahlian ini. Keberhasilan dalam mengarahkan karyawan merupakan salah satu kunci keberhasilan kepemimpinan manajer.
3. Keahlian Konseptual (Conseptual Skill). Keahlian konseptual adalah keahlian untuk berpikir abstrak, menganalisis, dan mendiagnosis dan mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan keadaan yang terjadi. Keahlian konseptual ini akan menentukan kemampuan perusahaan dalam menghadapi setiap masalah yang timbul dalam perusahaan.
4. Keahlian Pengambilan Keputusan (Decision Making Skill), meliputi langkah-langkah berikut.
o Mendefinisikan masalah, mengumpulkan fakta, dan mengidentifikasi berbagai alternatif solusi dari berbagai masalah yang mungkin akan dihadapi oleh perusahaan.
o Mengevaluasi berbagai alternatif yang ada, melihat kelebihan dan kekurangan setiap solusi yang ada, serta memilih alternatif yang terbaik dengan mempertimbangkan kondisi yang harus dihadapi.
o Mengimplementasikan pilihan yang telah dibuat ke dalam suatu perencanaan, secara berkala melakukan kontrol terhadap pelaksanaan, dan mengevaluasi apakah pilihan yang telah diambil sudah benar-benar tepat.
5. Keahlian Mengatur Waktu (Time Management Skill). keahlian ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk mengalokasikan waktunya dengan cara yang paling efektif. Kemampuan perencanaan waktu ini menentukan bagaimana manajer mengatur agar semua perencanaan dapat dijalankan sesuai dengan rencana awal.
Manajemen Lingkungan Organisasi
Lingkungan organisasi adalah semua elemen di dalam maupun di luar organisasi yang dapat mempengaruhi sebagian atau keseluruhan suatu organisasi. Terdapat dua jenis klasifikasi lingkungan yakni lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal yang berpengaruh langsung dalam organisasi meliputi karyawan/pegawai organisasi dalam, serta pimpinan manajer. Lingkungan eksternal dibagi dua yaitu yang berpengaruh langsung dan tidak langsung. Contoh lingkungan eksternal yang berpengaruh langsung adalah organisasi pesaing, pemasok komunitas lokal, konsumer, NGO dan lainnya. Sedangkan untuk contoh lingkungan eksternal yang tidak berpengaruh langsung adalah kondisi politik, ekonomi dan sosial. Lingkungan secara umum yang harus dianalisis kekuatannya oleh manajer karena mempengaruhi pembuat keputusan dan perencanaan adalah kekuatan teknologi, ekonomi, demografi, sosial budaya serta politik dan hukum.
Fungsi-Fungsi Manajemen
D. Fungsi-Fungsi Manajemen
Untuk mengerahkan sekelompok manusia yang memiliki latar belakang pendidikan dan karakter yang berbeda-beda, seorang manajer harus menerapkan fungsi-fungsi manajemen untuk dapat mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi-fungsi manajemen disusun dan diarahkan sedemikian rupa sehingga terdapat kesatuan irama, gerak, dan cara pandang yang sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Di antara para ahli tidak ada kesatuan pendapat mengenai fungsi-fungsi manajemen. Namun, enam ahli manajemen mengungkapkan fungsi manajemen yang sama, yaituplanning, organizing dan controlling. Sementara itu, fungsi-fungsi yang lain merupakan variasi yang intinya pada fungsi directing.
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan suatu fungsi manajemen yang paling utama. Pada urut-urutan kegiatan, perencanaan merupakan awal kegiatan. Fungsi yang lain akan bekerja setelah diberi arahan oleh bagian perencanaan. Oleh karena itu, perencanaan merupakan proses dasar manajemen untuk menentukan tujuan dan langkah-langkah yang harus dilakukan agar tujuan dapat tercapai.
a) Pertanyaan mendasar pada perencanaan
Umumnya, dalam suatu perencanaan seorang manajer atau pengambil keputusan akan memulai dengan menjawab pertanyaan 5W dan 1H sebagai berikut:
1) What. Seorang manajer harus menjawab pertanyaan, apa yang
hendak dicapai dan dirumuskan dalam mencapai tujuan tertentu.
2) Why. Seorang manajer harus menjawab, mangapa hal itu yang
menjadi tujuan, bukan yang lain. Manajer harus bisa memberi
alasan yang disertai hasil analisisnya.
3) Where. Seorang manajer harus mampu
mempertanggungjawabkan pemilihan lokasi perusahaan.
contohnya, mengapa memilih lokasi dekat konsumen? Tentunya
keputusan pemilihan tempat itu harus dapat
dipertanggungjawabkan manajer dilihat dari aspek ekonomis,
sosial, dan teknis.
4) When. Seorang manajer atau pengambil keputusan harus dapat
dengan tepat menentukan jadwal pekerjaan yang harus
diselesaikan.
5) Who. Seorang manajer harus mempertanggungjawabkan
mengapa orang-orang itu yang dipilih untuk melaksanakan suatu
pekerjaan, bukan orang lain. Manajer harus memberi alasan
tersebut dengan memperhatikan asas “the right man on the right
place”.
6) How. Seorang manajer harus dapat menentukan bagaimana cara
melaksanakan suatu pekerjaan. Seorang manajer tidak selalu
harus melaksanakan suatu pekerjaan seorang diri. Pekerjaan
tersebut dapat pula dilimpahkan kepada stafnya.
b. Pembagian perencanaan
Dilihat dari jenjang manajemen, perencanaan dibagi menjadi tiga
jenjang perencanaan sebagai berikut:
1) Perencanaan jenjang atas (top-level). Di jenjang atas,
perencanaan lebih bersifat strategis, yaitu memberi petunjuk
umum, merumuskan tujuan, mengambil keputusan, dan memberi
petunjuk pola penyelesaian, dan bersifat menyeluruh.
Perencanaan jenjang atas lebih menekankan pada tujuan jangka
panjang dari perusahaan. Perencanaan ini menjadi tanggung
jawab manajemen puncak.
2) Perencanaan jenjang menengah (middle-level). Pada jenjang ini,
perencanaan lebih bersifat administratif menyangkut cara-cara
menempuh dan bagaimana tujuan dari perencanaan itu dapat
dilaksanakan. Perencanaan jenjang menengah menjadi
tanggung jawab manajemen menengah (madya).
3) Perencanaan jenjang bawah (low-level). Pada jenjang ini,
perencanaan lebih memfokuskan untuk menghasilkan,
sehingga perencanaan mengarah pada pelaksanaan atau
operasional. Perencanaan jenjang bawah menjadi tanggung
jawab manajemen pelaksana.
c. Syarat-syarat perencanaan
Perencanaan yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Memiliki tujuang yang jelas.
2) Bersifat sederhana (simple), dalam arti tidak muluk-muluk
sehingga tidak terlalu sulit dalam pelaksanaannya.
3) Memuat analisis-analisis terhadap pekerjaan yang dikerjakan.
4) Bersifat fleksibel, dalam arti dapat berubah sesuai perkembangan
yang ada.
5) Memiliki keseimbangan, yaitu keselarasan tanggung jawab dan
tujuan tiap bagian dalam perusahaan dengan tujuan akhir
perusahaan yang telah ditetapkan.
6) Memiliki kesan bahwa segala sesuatu itu telah tersedia serta
dapat digunakan secara efektif dan berdaya guna.
d. Manfaat perencanaan
Sebagai langkah awal dari kegiatan perusahaan untuk mencapai
tujuan, perencanaan memiliki manfaat-manfaat sebagai berikut:
1) Perencanaan dapat membuat pelaksanaan tugas menjadi tepat
dan kegiatan tiap unit akan terorganisasi menuju arah yang sama.
2) Perencanaan yang disusun berdasarkan penelitian yang akurat
akan menghindarkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.
3) Perencanaan memuat standar-standar atau batas-batas tindakan
dan biaya sehingga memudahkan pelaksanaan pengawasan.
4) Perencanaan dapat digunakan sebagai pedoman dalam
melaksanakan kegiatan, sehingga aparat pelaksana memiliki
irama atau gerak dan pandangan yang sama untuk mencapai
tujuan perusahaan.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian diartikan sebagai keseluruhan proses mengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas, tanggung jawab, dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kesatuan yang dapat digerakkan dalam rangka mencapai tujuan.
Pengorganisasian merupakan langkah kedua fungsi manajemen. Hasil pengorganisasian adalah suatu situasi di mana organisasi dapat digerakkan menjadi satu kesatuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
a. Unsur organisasi
Dalam organisasi terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
1) Sekelompok manusia yang diarahkan untuk bekerja sama.
2) Melakukan kegiatan yang telah ditetapkan.
3) Kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan.
b. Manfaat pengorganisasian
Pengorganisasian bermanfaat untuk hal-hal berikut:
1) Memungkinkan pembagian tugas sesuai dengan keadaan
perusahaan.
2) Menciptakan spesialisasi dalam melaksanakan tugas.
3) Anggota organisasi mengetahui tugas-tugas yang akan
dikerjakan dalam rangka mencapai tujuan.
c. Fungsi Pengorganisasian
Hal-hal yang perlu diketahui dalam fungsi pengorganisasian
adalah sebagai berikut:
1) Adanya pendelegasian wewenang dari manajemen puncak
kepada manajemen pelaksana.
2) Adanya pembagian tugas yang jelas.
3) Memiliki manajer puncak yang professional untuk
mengkoordinasikan seluruh kegiatan.
d. Bentuk organisasi
Ada beberapa bentuk organisasi yang lazim digunakan oleh
perusahaan-perusahaan, dari perusahaan kecil sampai
konglomerat, yaitu sebagai berikut:
1) Organisasi garis, yaitu bentuk organisasi di mana wewenang
pimpinan langsung ditunjukan kepada bawahan. Bawahan
bertanggung jawab langsung pada atasan.
Bentuk organisasi garis sering disebut pula bentuk organisasi
militer. Bentuk organisasi garis cocok diterapkan pada
organisasi yang sederhana dan memiliki ciri antara lain jumlah
karyawan sedikit dan belum ada spesialisasi.
Dengan ciri seperti itu, organisasi garis mempunyai kebaikan
sebagai berikut:
a) Kesatuan komando terjamin, karena pimpinan berada di
tangan satu orang.
b) Pengambilan keputusan cepat, karena pimpinan berada di
tangan satu orang.
c) Prinsip “the right man on the right place” mudah diterapkan.
d) Kemampuan dan sifat-sifat setiap karyawan dapat diketahui.
e) Terdapat rasa kekeluargaan sesama karyawan dan
pimpinan karena jumlah anggota organisasi masih terbatas.
Di samping kebaikannya, organisasi garis juga memiliki
kelemahan sebagai berikut:
a) Maju mundurnya organisasi berada di tangan satu orang.
b) Kecenderungan pimpinan bertindak otoriter cukup besar,
karena ia sendiri yang merencanakan, memberi komando, dan
mengawasi.
c) Kesempatan karyawan berkarier terbatas karena organisasi
masih kecil.
2) Organisasi fungsional, yaitu organisasi yang disusun
berdasarkan sifat dan jenis fungsi yang harus dilaksanakan.
Ciri-ciri organisasi fungsional adalah sebagai berikut:
a) Terdapat pemisahan yang tegas dalam pemberian tugas.
b) Pelaksanaan tugas tidak banyak memerlukan koordinasi,
sebab tugas-tugas sudah cukup jelas.
c) Koordinasi hanya perlu dilaksanakan di pimpinan jenjang
atas.
d) Pembagian unit-unit organisasi didasarkan atas spesialisai
tugas.
e) Para direktur mempunyai wewenang komando pada unit-unit
yang berada di bawahnya atas nama sendiri dan tidak perlu
nama direktur utama.
Bentuk organisasi fungsional sangat cocok digunakan pada badan-badan yang secara tegas memberi pekerjaan atas fungsi-fungsi. Contohnya, pada perusahaan yang terdiri atas fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi keuangan.
Organisasi fungsional memiliki kebaikan sebagai berikut:
a) Tugas-tugas karyawan dapat dibagi secara tegas sehingga tidak ada
kesimpangsiuran.
b) Produktivitas tinggi karena dapat diterapkan asas spesialisasi.
c) Koordinasi bagi karyawan pada fungsi yang sama mudah karena
terdapat persamaan tugas.
d) Koordinasi secara terus-menerus hanya di jenjang atas.
e) Untuk kelancaran tugas dan pembagian fungsi, pimpinan yang
sejenjang lebih atas dapat memberi perintah pada pimpinan
bawahannya.
Di lain pihak, organisasi fungsional juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain sebagai berikut:
a) Sulit mengadakan mutasi (perpindahan antarfungsi) dalam
perusahaan tanpa proses pembelajaran terlebih dahulu.
b) Koordinasi secara menyeluruh sulit dilaksanakan.
c) Karena perbedaan tugas, terjadi pengkotak-kotakan dalam tubuh
organisasi.
d) Pada penerimaan tugas sering terdapat kesimpangsiuran karena
perintah diterima tidak hanya dari satu orang, melainkan juga dari
beberapa orang.
3) Organisasi garis dan staf, yaitu bentuk organisasi yang memberi
wewenang kepada pimpinan untuk memberi komando kepada
bawahan. Dalam hal ini pimpinan dibantu oleh staf dalam
pelaksanaan tugasnya. Bentuk organisasi ini cocok digunakan
pada organisasi yang jumlah personilnya besar, daerah
operasinya luas, serta mempunyai bidang-bidang tugas yang
beraneka ragam dan kompleks.
Atas dasar pembagian tugas dan hierarki, personil organisasi
dapat dibagi atas tiga bagian, yaitu pimpinan, pembantu pimpinan
(staf), dan pelaksana. Pimpinan bertugas mengendalikan
oganisasi, menciptakan kelancaran tugas-tugas, menetapkan
tujuan, dan mengambil keputusan. Pembantu pimpinan (staf)
bertugas membantu pimpinan berdasarkan bidangnya masing-
masing. Pelaksana bertugas menjalankan kegiatan operasional
sehari-hari.
Pada organisasi garis dan staf yang besar, staf dapat dibedakan
atas dua jenis yaitu staf umum dan staf khusus. Staf umum
bertugas membantu pimpinan dalam membuat perencanaan dan
pengawasan serta memberikan nasihat, baik diminta maupun
tidak diminta. Staf khusus bertugas memberi nasihat pada
pelaksana.
Organisasi garis dan staf memiliki kebaikan sebagai berikut:
a) Dapat digunakan oleh organisasi yang besar dan rumit.
b) Pembagian tugas yang jelas antara pimpinan, staf, dan
pelaksana.
c) Dapat mengarah pada spesialisasi.
d) Prinsip “the right man on the right place” lebih mudah
dilaksanakan.
e) Pengambilan keputusan lebih rasional sebab pimpinan
mendapat nasihat dari para ahli di bidangnya.
f) Koordinasi dapat berjalan dengan baik karena telah mempunyai
bidang masing-masing.
Kelemahan sistem organisasi garis dan staf antara lain sebagai
berikut:
a) Rasa solidaritas kurang karena antar individu dalam organisasi
tidak selalu saling mengenal. Luasnya cakupan organisasi
menyebabkan interaksi antar individu menjadi sulit.
b) Pelaksana sering binggung untuk membedakan mana nasihat
dan mana perintah, sebab dalam organisasi yang besar ada
staf yang menerima kewenangan memerintah.
3) Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan atau tindakan adalah suatu fungsi manajemen untuk menggerakkan orang-orang agar bekerja sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Banyak orang mengambil kesimpulan bahwa fungsi manajemen pelaksanaan merupakan fungsi yang paling penting karena berhubungan dengan sumber daya manusia. Pimpinan organisasi harus dapat member motivasi sehingga setiap orang mau bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan.
Untuk menggerakkan orang bukanlah pekerjaan yang mudah. Sebab seperti kata pepatah, “rambut sama hitam tetapi jalan pikiran berbeda-beda”. Maksudnya, seseorang tidak bisa menebak secara pasti apa yang menjadi kemauan dan keinginan orang lain.
Menurut Prof. Abraham Maslow dalam bukunya Motivation and Personality, orang dapat digerakkan jika telah terpenuhi kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut ini:
a) Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis berhubungan dengan kebutuhan yang
bersifat fisik, seperti kebutuhan sandang, pangan, dan
perumahan.
b) Kebutuhan keamanan dan keselamatan
Setiap orang membutuhkan rasa aman dan selamat di tempat
kediamannya atau di tempat kerja.
c) Kebutuhan sosial
Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai keinginan untuk
memenuhi kebutuhan sosial, seperti kebutuhan dapat diterima di
lingkungannya, kebutuhan ingin dihargai, kebutuhan perasaan
bahwa dirinya dinamis dan mempunyai kesempatan untuk maju,
kebutuhan untuk ikut berpartisipasi melibatkan diri, dan kebutuhan
untuk diperlakukan secara adil.
d) Kebutuhan akan prestise (harga diri)
Prestise timbul akibat prestasi. Oleh karena itu, seseorang
mempunyai keinginan untuk mengembangkan dirinya.
e) Kebutuhan aktualisasi diri
Setiap orang memiliki harapan atau cita-cita. Oleh karena itu,
setiap orang membutuhkan kesempatan untuk mengembangkan
bakat dan meningkatkan kemampuan kerja demi mewujudkan
cita-citanya.
Kesimpulan dari uraian di atas adalah bahwa orang-orang mau
bekerja jika lima kebutuhan tersebut terpenuhi. Untuk
mengerahkan orang-orang agar mau bekerja dibutuhkan
kepemimpinan. Ada tiga gaya kepemimpinan yang dikenal secara
umum dalam berbagai bentuk organisai, yaitu otoriter, demokratis,
dan bebas.
a. Otoriter
Pemimpin yang otoriter adalah pemimpin yang mengambil
keputusan tanpa melibatkan bawahan. Pemimpin tersebut tidak
meminta masukan pada waktu mengambil keputusan.
Pemimpin seperti ini menganggap bawahan hanya sebatas
melaksanakan pekerjaan dan bukan sebagai rekan sekerja.
Pemimpin otoriter menganggap hubungan antara pimpinan dan
bawahan adalah layaknya hubungan antara majikan dan buruh.
b. Demokratis
Pemimpin yang demokratis adalah pemimpin yang
mengakomodasikan pendapat bawahan dalam pengambilan
keputusan. Pemimpin seperti ini menganggap dirinya
dan bawahannya adalah satu tim. Pemimpin yang demokratis
akan selalu mendengar keluhan bawahan.
c. Bebas
Pemimpin bergaya bebas akan menyerahkan proses
pengambilan keputusan pada bawahan. Dia hanya memberi
arahan dan nasihat dalam pengambilan keputusan.
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan merupakan fungsi yang penting pada suatu organisasi. Pengawasan bukan merupakan keinginan untuk mencari-cari kesalahan. Pengawasan merupakan tugas untuk mengoreksi kesalahan yang terjadi demi tercapainya tujuan organisasi. Henry Fayol dalam bukunya General Industrial Management mendefinisikan pengawasan sebagai tindakan meneliti apakah segala sesuatunya telah tercapai atau berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Secara umum, tujuan dari pengawasan adalah memastikan pekerjaan sesuai dengan rencana, mencegah adanya kesalahan, menciptakan kondisi agar karyawan bertanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan, mengadakan koreksi terhadap kegagalan yang timbul, dan memberi jalan keluar atas suatu kesalahan.
Pengawasan dapat berjalan efektif apabila memperhatikan hal-hal berikut ini:
a) Jalur/urut-urutan (routing)
Agar pengawasan efektif dan efisien, seorang manajer harus dapat
menetapkan jalur atau cara untuk mengetahui di mana sering terjadi
kesalahan.
b) Penetapan waktu (scheduling)
Seorang manajer yang melakukan pengawasan harus dapat
menetapkan kapan sebaiknya tugas pengawasan itu dilakukan.
Pengawasan yang terjadwal kadang-kadang kurang efisien
dalam menemukan kesalahan karena orang-orang telah terlebih
dahulu bersiap-siap untuk menyembunyikan kesalahan yang
dilakukan. Kadang-kadang pengawasan yang dilakukan secara
mendadak lebih berguna lebih dibandingkan dengan pengawasan
yang terjadwal.
c) Perintah pelaksanaan (dispatching)
Dispatching merupakan prinsip pengawasan berupa perintah
pelaksanaan terhadap suatu pekerjaan dengan tujuan agar pekerjaan
tersebut dapat selesai tepat pada waktunya. Melalui perintah ini,
dapat dihindari suatu pelaksanaan pekerjaan yang terkatung-katung
sehingga dapat diidentifikasi siapa yang berbuat salah.
d) Tindak lanjut (follow up)
Jika seorang pimpinan telah dapat menemukan kesalahan, maka dia
harus mencari jalan keluar atas kesalahan itu. Dia bisa member
peringatan pada bawahan yang tidak sengaja berbuat salah atau
memberi hukuman pada bawahan yang sengaja berbuat salah.
Selain itu, pimpinan harus dapat memberi petunjuk pada bawahan
agar kesalahan yang sama tidak terulang lagi.
Menurut William H. Newman, pengawasan yang baik harus sesuai
dengan sifat dan kebutuhan organisasi. Oleh karena itu, perlu
diperhatikan faktor-faktor dan tata organisasi di mana pengawasan
tersebut dilakukan. Selain itu, pengawasan yang baik harus
ekonomis dari segi biaya dan mampu menjamin adanya tindakan
perbaikan (checking reporting corrective action). Oleh karena itu,
perlu dipersiapkan langkah-langkah sebelum pelaksanaan
pengawasan, seperti rencana dan pola/tata organisasi.
3. Fungsi-Fungsi Perencanaan (Planning)
Sejalan dengan apa yang dikemukakan di atas, maka perlu diketahui fungsi-fungsi dari planning itu sendiri, yaitu:
a. Menentukan titik tolak dan tujuan usaha.
Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai sehingga merupakan sasaran, sedangkan perencanaan adalah alat untuk mencapai sasaran tersebut. Setiap usaha yang baik harus memiliki titik tolak, landasan dan tujuannya. Misalnya seseorang ingin pergi dari Bandung ke Surabaya naik kereta api. Di sini Surabaya merupakan tujuan, sedangkan kereta api merupakan perencanaan atau alat mencapai sasaran tersebut.
b. Memberikan pedoman, pegangan dan arah.
Suatu perusahaan harus mengadakan perencanaan apabila hendak mencapai suatu tujuan. Tanpa perencanaan, suatu perusahaan tidak akan memiliki pedoman, pegangan dan arahan dalam melaksanakan aktivitas kegiatannya. Misalnya seorang pilot terbang melintasi Samudera tanpa mengetahui apakah ia ingin menuju ke Inggris, Belanda atau Australia, maka ia akan berada di dalam ketidak-pastian.
c. Mencegah pemborosan waktu, tenaga dan material.
Dalam menetapkan alternatif dalam perencanaan, kita harus mampu menilai apakah alternatif yang dikemukakan realistis atau tidak atau dengan kata lain, apakah masih dalam batas kemampuan kita serta dapat mencapai tujuan yang kita tetapkan. Misalnya suatu perusahaan menetapkan tujuan bahwa omzet penjualan untuk tahun yang akan datang dinaikkan sebanyak 10%. Untuk itu ditetapkan alternatif media promosi antara lain radio, majalah dan surat kabar. Karena keterbatasan dana yang dimiliki, pilihan jatuh pada surat kabar karena dianggap realitas dan paling ekonomis. Tetapi selain itu, perencanaan yang baik memerlukan pemikiran lebih lanjut tentang surat kabar apa, hari pertemuannya dan judul iklan.
d. Memudahkan pengawasan.
Dengan adanya planning, kita dapat mengetahui penyelewengan yang terjadi karena planning merupakan pedoman dan patokan dalam melakukan suatu usaha. Agar dapat membuat perencanaan yang baik, maka manajer memerlukan data-data yang lengkap, dapat dipercaya serta aktual.
e. Kemampuan evaluasi yang teratur.
Dengan adanya planning, kita dapat mengetahui apakah usaha yang kita lakukakn sudah sesuai dengan tujuan yang ingin kita capai. Sehingga tidak terjadi under planning dan over planning.
f. Sebagai alat koordinasi.
Perencanaan dalam suatu perusahaan kadang-kadang begitu kompleks, karena untuk perencanaan tersebut meliputi berbagai bidang di mana tanpa koordinasi yang baik dapat menimbulkan benturan-benturan yang akibatnya dapat cukup parah. Dapat kita misalkan, perjalanan suatu kereta api yang dengan tanpa adanya koordinasi yang baik, kemungkinan akan terjadi tabrakan atau harus menunggu terlalu lama pada simpangan-simpangan.
a) Berdasarkan pada alternative
Agar dapat menetapkan perencanaan yang baik maka sebelumnya agar disusun berbagai alternative, misalnya untung dan rugi kelebihan dan kekurangannya, kendala dan dukungannya, sehingga dapat menentukan perencanaan yang paling baik.
b) Harus realistis
Bila perencanaan tidak realistis, mungkin baik diatas kertas saja akan tetapi tidak dapat dilaksanakan dalam prakteknya.
Misalnya : keterbatasan dalam teknologi, keterbatasan sumber dana, tenaga kerja, dsb.
c) Harus ekonomisDisamping keterbatasan diatas, juga harus mempertimbangkan tingkat ekonomis dalam suatu rencana. Hindarkan faktor pemborosan, biaya, waktu, tempat, dsb.
d) Harus luwes (fleksibel)
Dalam hal ini perencanaan harus fleksibel, artinya setiap saat dapat dievaluir sesuai dengan perkembangan organisasi, situasi dan kondisi pada waktu tersebut. Pada dasarnya perencanaan itu disusun berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, namun dalam prakteknya sering terjadi berbagai penyimpangan yang tidak dapat dihindarkan.
e) Didasari partisipasi
Dalam pembuatan perencanaan hendaknya dapat diikutkan berbagai pihak untuk memperoleh masukan (input) agar lebih sempurna. Dengan adanya partisipasi, perusahaan akan memperoleh manfaat ganda, karena disamping rencana menjadi lebih baik, juga dapat menambah semangat kerja para karyawan (karena merasa ).
4 Pilar Pengorganisasian
Pilar Pertama: Pembagian Kerja (Division of Work)
Dalam perencanaan berbagai kegiatan atau pekerjaan untuk pencapaian tujuan tentunya telah ditentukan. Keseluruhan kegiatan dan pekerjaan yang telah di¬rencanakan tersebut tentunya perlu disederhanakan guna mempermudah bagaimana pengimplementasiannya. Upaya untuk menyederhanakan dari keseluruhan kegiatan dan pekerjaan-yang mungkin saja bersifat kompleks-menjadi lebih sederhana dan spesifik di mana setiap orang akan ditempatkan dan ditugaskan untuk setiap kegiatan yang sederhana dan spesifik tersebut dinamakan sebagai pembagian kerja (division of work).
Pilar Kedua: Pengelompokan Pekerjaan (Departmentalization)
Setelah pekerjaan dispesifikkan, maka kemudian pekerjaan-pekerjaan tersebut dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu yang sejenis. Sebagai contoh, untuk bisnis restoran, pencatatan menu, pemberitahuan menu kepada bagian dapur, hingga pe¬ngiriman makanan dari bagian dapur kepada pelanggan di meja makan bisa dikelompok¬kan menjadi satu departemen tertentu, katakanlah bagian Pelayan. Adapun penerimaan bon pembayaran, pencatatan dalam mesin kasir, pencatatan penerimaan dan pengeluar¬an uang, dapat dikelompokkan menjadi departemen atau bagian keuangan misalnya.
Piliar Ketiga: Penentuan Relasi Antarbagian dalam Organisasi (Hierarchy)
Dalam hierarki vertikal, di mana setiap bagian memiliki kewenangan dan tanggung jawab yang relatif terbatas pada bagian tertentu yang telah ditentukan, dan tanggung jawab yang banyak dalam suatu organisasi cenderung untuk didelegasikan pada bagian di bawahnya. Demikian juga untuk setiap bagian di bawahnya.
Dalam hierarki horizontal, di mana subbagian dari organisasi bersifat melebar ke samping secara horizontal, artinya untuk suatu organisasi sub-subbagian yang bersifat vertikal dibuat tidak terlalu banyak. Kelebihan dari bentuk ini menutupi keterbatasan atau kelemahan pada hierarki vertikal.
Pilar Keempat: Koordinasi (Coordination)
Pilar terakhir dari proses pengorganisasian adalah Koordinasi. Setelah pekerjaan dibagi, ditentukan bagian-bagiannya, hingga ditentukan hierarki organisasinya, maka langkah berikutnya adalah bagaimana agar pembagian kerja yang telah dilakukan beserta penentuan desain organisasinya berjalan secara efektif dan efisien? Di sinilah peran dari koordinasi diperlukan sebagai pilar terakhir dari pengorganisasian.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
BERKOMENTARLAH DENGAN ETIKA